Senin, 14 Maret 2011

HAMIL DENGAN AIR KETUBAN BERLEBIH

Hamil Dengan Air Ketuban Berlebih
Air ketuban tidak boleh kurang (oligohidramnion) maupun berlebih (polihidramnion/ hidramnion) karena bisa berakibat tidak baik bagi kesehatan kehamilan dan persalinan.

Volume air ketuban bisa berubah seiring usia kehamilan. Pada kehamilan sekitar 33 minggu, volume air ketuban sekitar 1-1,5 liter yang berangsur berkurang hingga kehamilan cukup bulan (40 minggu). Pada kasus hidramnion, volume bisa mencapai 3-5 liter yang umumnya terjadi setelah umur kehamilan mencapai 22 minggu atau sekitar 5 bulan.

Hidramnion bisa mengakibatkan:
  • Peregangan rahim yang dapat memicu kontraksi sebelum waktunya.
  • Menekan diafragma ibu sehingga terjadi gangguan pernapasan.
  • Hipertensi.
  • Persalinan Caesar dan premature.
  • Letak janin menjadi tidak normal dan menurunnya kesejahteraan janin.
  • Komplikasi persalinan, seperti perdarahan paska persalinan.
  • Komplikasi plasenta terlepas dari perlekatannya.
  • Kematian janin dalam kandungan.

Tanda-tanda hidramnion:
  • Kandungan cepat sekali membesar.
  • Pertambahan lingkaran perut dan tinggi rahim terlihat begitu cepat.
  • Pada kasus hidramnion ekstrem, pembesaran perut biasanya begitu berlebihan sehingga dinding perut menjadi sedemikian tipis dan pembuluh darah di bawah kulit terlihat.
  • Lapisan kulit pecah, sehingga tampak guratan-guratan nyata pada permukaan perut.
  • Muncul keluhan-keluhan seperti sesak napas/gangguan pernapasan berat, pertambahan berat badan berlebih dan bengkak di sekujur tubuh.
  • Suara denyut jantung janin terdengar jauh karena letaknya jadi cukup jauh dari permukaan.
Penyebab Hidramnion:
  • Produksi air seni janin berlebihan.
  • Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, seperti hidrosefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital.
  • Terjadi sumbatan/penyempitan saluran cerna pada janin sehingga ia tidak bisa menelan air ketuban.
  • Kehamilan kembar, karena ada dua janin yang menghasilkan air seni.
  • Terjadi infeksi.
  • Ada hambatan pertumbuhan pada sistem saraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan.
  • Ibu hamil menderita diabetes yang tidak terkontrol.
  • Inkompatibilitas/ketidakcocokan rhesus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar